Hujan dan Kenangan...

Hujan begitu banyak menyimpan kenangan. Kenangan ku, kenanganmu, juga kenangan kita…. Kenangan akan jalan terjal yang pernah kau lewati, terjatuh, hingga bangkit kembali. Kenangan akan orang tua, saudara, sahabat kecil yang pada akhirnya meninggalkanmu karena dibawa ayahnya pindah ke kota, berlari di bibir pantai, menangkap capung, terjatuh ketika belajar membawa sepeda ontel, hahaha…. Pun orang – orang yang sempat singgah memberikan kisah sebelum akhirnya berlalu meninggalkan luka.

Ketika kau melewati kisah – kisah itu dengan begitu susahnya, bahkan mungkin sangat memalukan, tapi dalam waktu yang berbeda hujan membuatmu tersenyum menikmati cerita itu. Bahkan kadang kamu mensyukuri masa sulit itu. Dalam hujan, dalam kenangan.

Aku sangat ingat, betapa ketika kecil aku begitu ingin cepatnya jadi orang dewasa. Fikiran yang masih polos; dengan dewasa kita bisa bekerja, punya banyak uang, bisa naik angkot sendirian, bisa memarahi anak kecil, dan bla bla alasan lainnya.

Melewati masa puber, aku begitu malu – malu. Begitu gampangnya mengagumi pesona wanita. Tiap kali Emak ke pasar, kalau dulunya selalu minta beliin sate, sekarang minta beliin minyak rambut. Baju – baju bagus yang biasanya hanya di pakai waktu lebaran, sekarang hampir di pakai tiap hari. Sang Emak sampai geleng – geleng kepala.

Hahaha….

Hujan… kau masih menyimpan utuh cerita itu. Kau membuatku ingin kembali ke masa itu. Kau adalah album yang tak pernah lusuh. Datangmu bisa melembutkan kembali hati siapapun yang sempat mengeras dalam perjalanan waktu. Aroma basahmu adalah Rindu!