Rabu, 06 Agustus 2014

Menyikapi Kepergian Dengan Indah

Aku akan merindukanmu.
Dan aku tau, mulai hari ini,
Perasaan ini akan senantiasa menyiksaku
Tapi tak apa, sungguh tak apa.
Sakitnya masih tak seberapa...
Ketimbang harus melupakanmu.

Tears In Heaven. Penggalan kalimat pada back cover di atas yang membuatku terdiam lama, berdiri memegang buku ini di toko buku. Selain cover-nya yang pastinya sangat manis.

Mewujudkan Mimpi di Negeri Sendiri



Cerital berawal dari perjuangan Abdul Latief (Al) setelah menempuh pendidikan di Swiss dan berkelana ke beberapa negara Eropa. Al nyaris menyerah mewujudkan mimpinya dalam menjalankan bisnis hostel yang baru dirintisnya di tanah kelahiran. Sebuah penginapan yang didirikannya di Makassar dengan konsep yang masih sangat asing untuk masyarakat Indonesia. Khususnya wisatawan lokal.
Kedatangan Miguel Carrion membawa perubahan yang sangat besar pada kelanjutan mimpi Al. Bagaimana pria Spanyol itu memiliki ide-ide yang brilliant untuk mempertahankan dan membuat hostel itu semakin maju. Termasuk dengan cara memajukan parawisata di Makassar.
"Sering kita mendengar peribahasa bahwa Tuhan bekerja secara misterius. Aku setuju sekali setelah melihat apa-atau siapa-yang dikirimnya untuk mengubah nasibku." (Hal 39).
Meskipun awalnya alasan pria Spanyol itu terlalu sederhana, terbang ke belahan dunia lain hanya untuk menemui seseorang yang pernah menolong ibunya. Ya, tanpa sengaja dulunya, sudah lama sekali, Al pernah membantu Agatha Carrion, yang rupanya ibu Miguel Carrion, di Berlin.

Surga di Punggung Ayah

"Dia ayah, laki-laki berpeluh lebih asin daripada air segara. Serta liur yang melebihi pahitnya tuba. Siapa sangka, ia dibekali naluri yang sangat tajam. Menandingi ketajaman mata samurai yang baru diasah. Dia diam, tapi hatinya akan terus berkata-kata. Tanpa ada yang tahu, selain Tuhan. Matanya boleh saja memejam, tapi nur di hatinya tetap terang benderang. Dia membungkuk, merenta termakan usia, tapi punggungnya tetap kuat memanggul beban problematika kehidupan. Jika memang ada surga di kaki seorang ibu, maka besar kemungkinan akan ada surga di punggung seorang ayah."(Hal 1).
Hidup yang awalnya baik-baik saja, berubah total setelah kepergian Laila untuk selama-lamanya. Zain mendadak harus bisa menjadi orang tua tunggal untuk kedua anaknya.
"Lalu, siapa yang nanti akan menggantikan segala tugas-tugas Umi di rumah, Abah?"(Halaman 5).

Kamis, 05 Juni 2014

Menyambut Hari Lingkungan Hidup Bersama Temukan Warna Hijau.



Mengutip kalimat Bunda Reni Erina: “Cinta bisa tumbuh lewat warna hijau. Percaya? Yuk, baca seri #CeKersGoGreen, dalam buku Temukan Warna Hijau. 14 kisah inspiratif yang akan membuat kita terhenyak, bahwa cinta bisa tumbuh lewat cara paling sederhana yang kita sendiri tak pernah menduganya.”
Terbitnya Antologi teenlit asyik cekers go green: Temukan Warna Hijau, sekaligus sebagai bukti bahwa masih banyak anak-anak muda yang peduli dengan lingkungan dan menolak perusakan alam,  contohnya adalah penulis-penulis yang terlibat dalam proyek buku yang diterbitkan Elex Media Komputindo ini. Penulis-penulis kece yang dimiliki Indonesia .
Di buku yang merupakan buku antologi saya yang kedua ini, saya berkontribusi satu tulisan dengan judul; 'Culik Aku, Please!'. Sebuah cerita yang akan membuka mata kita bahwa begitu banyak hal-hal sederhana di sekitar kita yang sering diabaikan, bahwa kalau kita lebih jeli maka hal kecil tersebut bisa membawa pengaruh besar yang bukan saja pada kehidupan kita sendiri, namun juga pada dunia.
Penasaran cerita lengkapnya? Buruan beli bukunya. Tanggal 5 Juni 2014 sudah bisa didapatkan di Gramedia dan toko-toko buku lainnya di Indonesia.


Judul: Temukan Warna Hijau
Pemrakarsa: Reni Erina
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN : 9786020242071
Format Cover: Soft Cover
Kategorisasi : NOVEL > FIKSI > KUMPULAN CERPEN
Tebal : 164 Hlm
Ukuran : 11 X 18
Harga : Rp32,800

Jumat, 31 Januari 2014

Akhirnya Menembus HAI



Menembus media nasional itu seperti kita main petak umpet dengan monster. Awalnya deg-degan, nggak yakin bakal menang. Dan memang, kalah terus. Pernah suatu waktu aku mengirim sekalian tiga cerpen ke Majalah HAI, saking gemesnya. Alhamdulillah, ditolak lagi.
Setelah belajar dan mempelajari lagi seleranya majalah cowok ini bagaimana, inilah hasilnya. Dua edisi berturut-turut. Akhirnya gigih itu menuai hasil.