Jumat, 02 Desember 2011

Senandung Kinanti Kemuning


Malam ini, tiba-tiba fikiranku nelangsa. Ingat seorang sahabat yang belum aku tau persis rupanya, tapi terasa sangat dekat. Karena dulu, Sebelum putus komunikasi, kami sering discuss dan share banyak hal. Pertengahan Ramadhan, di dunia maya. Banyak hal positif yang bisa aku ambil darinya, cara dia memandang kehidupan, cara dia mensyukuri nikmat yang di beri Allah SWT, juga Puisi-puisi di Note-nya yang hampir tiap hari di update. Jujur, itulah alasan pertama, mengapa aku meng-add dia di facebook. Kinanti Kemuning.

Assalammualaikum, Sahabat.... Kita sudah berteman lama. Account facebook ku error, kadang teman ke-remove.. Tapi di pertemananku masih ada.” Begitu sapamu pertama kali, pertengahan Ramadhan. Ya, kita berteman di facebook sudah lumayan lama, tapi baru kali ini bertegur sapa.
“Waalaikumsalam, Sahabat... Aku sudah menduga kalau kesalahan datangnya bukan dari kamu. Makanya aku nggak kenal lelah untuk meng-add terus.” Begitu yakinnya, tapi prasangka ku benar adanya. “Aku sangat menyukai puisi2mu.. Bagai vitamin dalam masa penyembuhan. Pengganti ion dalam tubuh, penghilang dahaga menjelang bedug magrib.” Sambungku, dan benar bahwa itulah alasan ku dulu meng-add accountnya.
“Hehehe... Kalah dong kolak pisangku :-)
“Menjelang bedug... Kalau sudah adzan maghrib, tetap aja aku akan memilih kolak pisang. Karena Rasul bilang; berbukalah dengan yang manis-manis.”
          “Hehehe..... Anda cermat banget membaca kata.”
“Penulis-Penulis hebat, juga puisi-puisi mu yang mengajariku, Sahabatku. Tiap kata yang kau padankan, tidak cuma-cuma. Memiliki makna yang nggak bisa di abaikan begitu saja. Hemat tapi tidak pelit.”
“Aku bukan penulis ...... kali ini kata-kata mu nggak benar sobat..”
“Ketika seseorang sedang membaca, bukankah dia 'Pembaca'? Ketika seseorang menulis, bukankah dia 'Penulis'? Cuma, terkadang kita merasa rendah diri bila dikatakan seorang Penulis. Kamu Penulis sahabatku, dan aku Pembaca tulisanmu.”
“Aku tersanjung... Manusiawi bukan? Membalas inboxmu aja aku kewalahan. Nyontek kata ke inbox tetangga. Tapi jujur, aku terhibur bicara denganmu. Terima kasih.”
“Hehehe… Senang bisa share dan menghabiskan bagian waktu hari ini bersamamu Sahabatku. Semoga perkenalan ini membawa energy positif buat kita.”
“Amin.... Seprtinya begitu. Sempat aku check, ternyata aku lama nggak mengais kata dari keranjang..:-)
“Mengutip kata-kata dari Elang Gumilang; Dalam dunia ini, kita akan menemukan berbagai macam orang. Ada baik, juga jahat. Ada jelek, juga ada bagus. Ada yang kuat, juga ada yang lemah. Ada yang miskin, juga ada yang kaya. Tapi, coba luangkn waktumu, dimana cuma ada kamu dan Tuhanmu. Disana kamu akan mengenal makna hidup yang sebenarnya.”
“Hmmm... Kadang kita memang butuh waktu sendiri, sahabatku. Menyendiri dengan keranjang yang berisikan tumpukan masalah. Tapi hendaknya mengambil waktu untuk diri sendri tidak terlalu lama, karena itu hanya memanjakan kelemahan, meninggikan egoisme. Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak manfaat buat orang lain. Ini juga nyontek sobat... Untuk memacu diri.”
“Contekanmu juga benar sahabatku. Terlalu berlama-lama juga nggak baik. Tapi menyisakan sedikit waktu dari kesibukan, wajar bukan? Seperti mengutip sedikit puisimu; Ingat, bahwa selalu tujuan hidup adalah kematian.

* * *

28 Agustus 2011, Di penghujung Ramadhan…

“Btw, stay di Hongkong ya? Sudah berapa lama?" Masih Chat di facebook. Tapi chat kali ini sepertinya lebih santai.
 “4 tahun…”
“Sudah lama juga. nggak pulang lebaran?”
“Nggak pulang.. Coz baru cuti bulan april.”
“Hmmm... Nggak bisa makan opor ayam dong.”
“Bisa. Weeekk.... Kan beli. Hehe... Zukril lebaran dimana?
“Hkhkh.... Tapi nggak seenak bumbu yang asli jawa punya. Lebaran di pekanbaru.”
“Sama dong...... Pekanbaru kan bukan Jawa, jadi idem dong...”
“Hkhkhkh... Kalau aku nggak ada opor juga nggak apa-apa, yang penting ada rendang. Disini masih gampang kok nyari rendang.”
“Yang pingin banget itu ketupat,.. Disini adanya lontong. Lepet juga nggak ada..hiiikks.”
“Emang nggak bisa bikin sendiri? Cari aja daun kelapanya di pasar-pasar tradisional.”
“Daun kelapanya kirimiiin...Cos disini nggak ada.”
“Jiaaaah… Sudah telat. keburu lebarannya yang nyampe duluan”
“Iya juga ya…”
          “Btw,  kerja apa disana?”
“Merawat kakek dan nenek.”
“Wuiiiih..... Pasti orangnya telaten dan sabar banget.”
“Hampir mendekati. Hehehe….”
“Keren.... Istri idaman!”
“Ya... Semoga ada yang membuka mata.” Ujarmu penuh harap.
          “Amiiiin...” Tidak hanya di bibir tapi juga dalam hati.
“Lagi  ngapa nech.... Dah sholat ashar??
“Lagi chat ma Kinanti di warnet. Sholat ashar Belum. Disana jam berapa?”
“Jam 5. Kirain di rumah... Pekanbaru jam berapa?
“Disini masih jam 4. Btw, lancangkah bila aku manggil Kinanti? Aku kelahiran '84”
“Owh.... Panggil aku mbak dong, beda 1 tahun. Panggil Kinan aja.”
“Hahaha.... 1 tahun masih bisa aku kejar. O c d Kinan.”
"Siapa yang mau kejar-kejaran....???? Jalan aja lemes. Ramadhan disini lagi hot banget.”
“Umurnya masih bisa aku kejar kalau Kinan mau stuck 1 thn. Haha...”
“Hahaha...... Jujur, aku lebih suka ngobrol kita sekarang. Kemarin-kemarin formil amat... Thank ya, jadi temanku.” Ucapmu tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan kita.
“Iya, Aku juga senang banget.  Tapi  thanks-nya aku tolak ya... cos nggak ada terima kasih untuk seorang sahabat. Hehehe....”
“Owh.... Gimana kalau terima kasih karena membuat ngobrol kita lebih nyaman? Terima ajalah…”
“Hkhkhk.... Maksa banget yach?! Baiklah, aku pertimbangkan. Karena kalau mau jujur, akulah yang mesti lebih berterima kasih.”

Diam sejenak. Tiba-tiba kamu offline. Mungkin kamu ada kerjaan, fikirku. Kembali aku ke rutinitas facebooker lainnya, yaitu comment dan memberi jempol status sahabat-sahabat facebook lainnya. Sebelum akhirnya kamu menyapaku kembali.

“Puasa tinggal sehari lagi ya... Banyak yang terlewat kurasa .”:-(
“Sangat banyak. Kalau sekedar menahan haus dan laper, Alhamdulillah aku bisa bertahan sampai sekarang. Tapi banyak yang lebih dari sekedar itu yang kita abaikan.”
“Ya, begitulah...... Aku rasa yang sama. Tapi Alhmdulillah tahun ini jauh lebih baik dari tahun kemarin.”
“Hmmm.... Jauh dari orang-orang tersayang sering kali buat orang lebih bijak dan lebih bisa memaknai kehidupan yang sebenarnya ya? Jadi pengen change rumah sama Keanu Reaves... kali aja kita sama-sama bisa lebih bijak. Hkhkh….” Candaku.
“Erorrrrrrr.......... Itu mah bukan pilihan yang buruk. Aku juga nggak nolak...!!!!!”
“Hkhkhkh....” Lepas sekali tawaku hari ini. Tiba-tiba aku jadi geli sendiri.
“Nikmati aja semua. Allah memberimu lebih dari yang lain. Tambah syukur aja..”
“Yups.... kamu bener sahabatku. Sebelum kabur, mohon maaf kalau aku menghujanimu dengan jempol-jempol imutku. Met berbuka puasa...”
“Iiihh...... Met buka puasa juga.” Sebelum offline, aku benar-benar memeberi jempol kesemua puisi yang ada di Notenya.

* * *

Malam takbir, 5 menit setelah aku Sign in di facebook, Kinanti menyapaku…

“Assalmualaikum... Minal aidzin wal faidzin.”
“Mohon maaf lahir bathin juga sobat.” Balasku. “Buat menghindari suara takbir, aku kabur ke warnet. Pura - pura tegar...” Curhatku, tiba-tiba.
“Hehehe.... Hari ini aku sudah cukup nangis dan cukup manjain diri. Tadi beli kerupuk Palembang ke sukaan ku dan rujak petis .”
“Hmmm... Asyik! Kadang kita pura-pura amnesia ya…”
“Salah satu cara menghibur diri. Kapan lebaran zuk? tempatku hari ini.”
“Tempatku besok. Makanya suara takbiran sekarang berkumandang gila-gilaan. Tapi di padang, kampung halamanku, lebarannya tadi.”
“Lho ini Bang Zukril kok nggak pulang ke Padang??? Pekanbaru sama siapa? Maaf, penasaran. Dari pada jadi jerawat, mending tanya. Di jawab makasih, nggak di jawab awas!” Aku jadi geli membaca kalimatmu.
“Hahahaha... Ternyata dirimu belum mengenalku. Tapi sebelum di jawab, aku penasaran juga ne... kok tiba-tiba panggil Abang? Jawab ya, takutnya jadi jerawat.”
“Hihihi.... Maaf. Zukril lagi duech..... Ampuun!!!!!!!!!!!!!!”
“Hkhkhkh..... Aslinya orang padang. Di pekanbaru juga merantau. Disini kerja, juga sekalian kuliah.”
“Pekerja keras ternyata."
“Hampir mendekati. Hehehe….” 
"Wuiiiih... Suami idaman!"
“Ya... Semoga ada yang membuka mata.” 
"Iiiiih... itu kan kalimatku???"
"Hahaha... 1:1"
"Tp keluarga disitu kan??? Maaf lagi... Kalau nggak suka nggak nanya lagi... tutup mulut.”
“Keluarga di kampung.”
“Ada rencana kapan pulangnya? Masih ada kerjaan ya?”
“Belum ada rencana pulang dalam waktu dekat.”
“Oke dech... Senasib dong! Di nikmati aja. Makan kerupuk yuukkk....” Pasti kerupuk Palembang yang kamu maksud. Tanpa dikasih taupun, aku mulai tau kesukaanmu.
“Dapat dimana kerupuknya?”
“Hari ini kan sholat Ied, Nah bisa beli kerupuk Palembang.” Benerkan tebakanku…
“Maksudnya ada jual dimana?”
“Ya ada... Banyak Toko Indonesia disini. Tapi ya nggak semua ada. Empek-empek palembang juga nggak ada.”
“Hmmm... syukurlah. Kalau kangen kampung halaman kan jadi gampang nyari pengobatnya.”
“Pamit off ya... Terima kasih jumpa hari ini cukup menghibur. Semoga tak jemu ngobrol dengan ku. Wassalamualaikum.. Met lebaran ya... Semoga bahagia.”
“Waalaikumsalam... Hati-hati ya. jaga kesehatan.”

Itu adalah chatting terakhirku denganmu. Dan beberapa hari sesudah idul Fitri kamu sempat ngirim pesan ke Inbox-ku, mengatakan kalau kamu hendak meng-non aktifkan account facebook. Tapi tak aku hiraukan, karena kamu pasti bercanda. Namun beberapa hari kemudian, aku benar-benar tidak menemukan Accountmu lagi di facebook. Paling beberapa hari lagi juga muncul, fikirku saat itu. Karena feeling-ku mengatakan, orang yang pernah punya facebook, tidak bisa tahan lama-lama hidup tanpa facebook. Tapi sepertinya pengecualian untukmu. Karena setelah beberapa hari, minggu, hingga saat ini sudah sampai hitungan bulan, kamu benar-benar menghilang. Harapanku, kamu selalu dalam lindungan Allah SWT.



1 komentar:

  1. masya'alloh
    Alloh teramat baik hingga menghidupkan aku dlm kenanganmu...
    terimakasih...obrolan kita sngat manis ya

    BalasHapus