Jumat, 09 Desember 2011

Galau, Bukan Fenomena Alam



“Kalau pulsa habis, bisa di diisi ulang. Tapi kalau cintamu yang habis padaku… Gimana ngisi ulangnya?”  (Hiks….) Pernah dengar kalimat ini? Atau mungkin kalimat yang ini…

“Jika Christoper Columbus membutuhkan banyak waktu untuk menaklukkan Benua Eropa. Terus aku harus membutuhkan berapa waktu lagi untuk menaklukkan cintamu…?” Masih nggak ‘ngeh juga?  Hmmm… Spertinya anda pendatang baru di planet bumi ini. Kei, coba kalimat yang ini…



“Hatimu, kau titip sama yang lain. Sementara hutang-hutangmu, kau titip sama aku... Hiks!”

Galau…  Ya, kata ini seperti fenomena alam yang tiba-tiba jadi trend topic. Lihat saja ketika beberapa stasiun TV terang-terangan membuat acara yang bertemakan galau. Dan yang menakjubkan lagi, rating acara ini sangat tinggi! Di jejaring sosial pun (sebut saja facebook atau twitter) banyak yang membuat status atau nge-twit yang bertemakan Galau. Apakah ini bisa dijadikan alasan, kalau banyak masyarakat yang tengah Galau? Sepertinya tidak. Cos ketika menonton acara-acara seperti ini, semua penonton malah tertawa. Sangat menikmati!

Secara umum, definisi Galau itu adalah fikiran yang lagi kacau atau tidak karuan. Dan dulu, yang saya tau, Galau itu hanya milik orang-orang tertentu. Seperti orang-orang yang umurnya hampir mendekati kepala tiga, tapi tak kunjung jua menemukan jodohnya. Atau orang-orang yang tiba-tiba ditinggalin pasangan tanpa alasan yang jelas.

Berikut Visualisasinya:


Namun sekarang, sepertinya Virus Galau memang sudah memasuki semua sisi kehidupan. Tidak terbatas umur; Anak kecil, Abege, Bapak-Bapak, Ibu-ibu, Nenek-nenek. Tidak mengenal pendidikan; Play Group, Esde, EsEmPe, EsEmA, EsTeEm (Padahal dulu hoby-nya tawuran), Mahasiswa (Bahkan juga yang lagi ngambil S2). Tidak mengenal Jabatan pekerjaan; Buruh pabrik, Buruh bangunan, Pedagang asongan, Tukang loper koran, Preman terminal, Petani, Nelayan, Guru, Pegawai Camat, calon Mentri, Direktur, Manajer, Design grafis, Artis, Penulis, dll. Tidak mengenal kelas ekonomi; Si miskin, Si kaya. Tidak juga mengenal tempat; Di rumah sakit, di sekolah, di halte, di warung kopi, di rumah, di kamar mandi, bahkan mungkin juga di Gedung MPR, atau di Istana Negara...
Lantas, siapa yang harus di salahkan kalau sekarang Virus Galau ini lagi mewabah? Ketika Galau tiba-tiba menyerang Kota (bukan kisah film Power Ranger), atau-pun ketika Galau tiba-tiba menyerang Desa (juga bukan kisah film Jaka Tarup)... Salah Pak Esbeye, salah Melinda Dee, salah Nazarudin, salah Asmiranda, salah Fitri Tropica, salah gue, salah teman-teman gue…? Bukan kawan…  Jangan salahkan siapa-siapa. Bukan salah Pak Esbeye, bukan salah gue, apalagi salah teman-teman gue. (Sepertinya sekarang Penulis yang Galau… hkhkhhk).
Tapi ya sudahlah… Seperti layaknya fenomena alam, fenomena Galau ini akan hilang juga berbarengan dengan munculnya fenomena-fenomena lainnya.



4 komentar:

  1. wah... malam minggu kok penulisnya jdi galau ya? yaa...semoga galaunya segera berlalu ya...

    BalasHapus
  2. Hehehe... Mudah2an!
    Apa kabar Mbak Alaika? Sudah lama nggak mampir ke Merah Jingga.

    BalasHapus
  3. hmmm..tepatnya masyarakat indonesia memang 'latah'..yg lg naik daun pasti diikutin, ga memandang faktor kebutuhan lagi..so keep galau hehhe *just for fun

    BalasHapus
  4. bang zukril pandai memanfaatkan "galau"
    jgn ikutan galau ea..

    BalasHapus