Judul Buku : Pejantan Tanggung
Penulis : Zukril Yu
ISBN : 978-602-6330-05-5
Penerbit : LovRinz Publishing
Ukuran : 13x19
Halaman : viii + 212
Blurb:
Pejantan Tanggung adalah kumpulan cerpen yang berisi tentang kisah remaja cowok yang nyaris tidak memiliki rasa percaya diri, remaja kuper yang sering tidak pernah dianggap keberadaannya, dan hal-hal konyol yang dilakukan untuk mendapat sebuah pengakuan. Remaja yang hanya bisa mengagumi keindahan lawan jenis dalam diam, dan menyimpan iri pada teman-teman yang terlihat sempurna.
Pejantan Tanggung adalah kumpulan cerpen yang berisi tentang kisah remaja cowok yang nyaris tidak memiliki rasa percaya diri, remaja kuper yang sering tidak pernah dianggap keberadaannya, dan hal-hal konyol yang dilakukan untuk mendapat sebuah pengakuan. Remaja yang hanya bisa mengagumi keindahan lawan jenis dalam diam, dan menyimpan iri pada teman-teman yang terlihat sempurna.
Dengan cara yang gokil, mereka berjuang menjadi remaja beken dan eksis. Seperti perjuangan Lano dalam cerpen Cowok 360 yang tidak pernah lelah mencari cinta hingga ke sosial media, ketika dunia nyata tidak lagi menjanjikan harapan untuknya mendapatkan pacar. Berbagai cara dilakukan Lano, termasuk menyembunyikan kulitnya yang hitam kusam dengan bantuan camera 360 dan aplikasi photoshop demi foto profile yang membuat pundak kaum hawa melumer.
Dalam cerpen Jadi, Kita Jadian?
kita akan mendapati kisah cinta Yana yang begitu konyol.
"Yana, apa yang kau lakukan?" Gue terkesiap mendengar suara tebal Pak Timur, yang tiba-tiba persis berdiri di samping gue. Kiamat terasa semakin dekat. Nggak tahu apa yang harus gue perbuat. "Tadi apa yang Bapak suruh?" Lanjut Pak Timur.
"Yana, apa yang kau lakukan?" Gue terkesiap mendengar suara tebal Pak Timur, yang tiba-tiba persis berdiri di samping gue. Kiamat terasa semakin dekat. Nggak tahu apa yang harus gue perbuat. "Tadi apa yang Bapak suruh?" Lanjut Pak Timur.
"Melukis monyet yang sedang
makan pisang." Jawab gue gagap.
"Ini," tunjuk Pak
Timur ke kanvas gue. "Kenapa di kanvasmu yang ada Shena sedang makan
pisang?"
Gemuruh isi kelas, disusul tawa
ledekan. Gue melirik Shena yang tertunduk malu di kursi paling depan bagian
pojok kanan. Gue mengumpat diri, merasa sangat bersalah karena telah menyakiti
hati bidadari itu. Duh, Gusti .... Maafin Yana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar