Selasa, 05 April 2011

JALANKU SAYANG JALANKU BERLUBANG


Alhamdulillah, akhirnya sampai di rumah dengan selamat. Perjalanan panjang seharian, dan sekarang saatnya berbagi cerita padamu laptopku sayang. Hari ini cukup menyenangkan…loe tau kenapa laptop? Hari pertama masuk kampus semester 2, Dosennya cantik sekali… Bening, smile good, tapi kok udah hamil ya…??? Hehehe… tapi bukan itu yang mau gue certain sama loe laptop.

Loe pasti masih inget dong rutinitas gue sehari – hari.
Kalau lupa, coba loe inget – inget lagi… masih lupa juga? Huuu… Payah! Katanya Best friend, always ada saat gue mau bercerita. Tapi wajar juga sich kalau loe mulai pelupa secara loe udah mulai tua. Hampir 5 tahun ya loe sama gue. Salut sama kesetiaan loe, walau kadang – kadang Virus suka iseng gangguin loe. Sekarang kalau masih lupa juga, loe lihat My Document aja sebab gue ada nyimpen disana. Tapi kalau loe lagi malas, dan kebetulan gue lagi nafsu banget bercerita ne. Gue ingetin aja ya kalau dari senin sampai jum’at gue mesti nyari duit alias kerja tapi Sabtu minggu gue nyari ilmu alias kuliah. Kerja di Perawang, kota kecil berdebu di pelosok Riau. Butuh waktu 1 jam 10 menit buat gue pergi ke Pekanbaru, kampus tempat gue kuliah. Dengan jarak perawang – Pekanbaru 60 km/jam (Pulang pergi = 120 km/jam) benar - benar perjalanan weekend yang melelahkan.


Tapi tidak dengan hari ini, laptop. Kalau biasanya pulang kampus gue selalu kesal dengan kondisi jalan raya yang berlobang, Alhamdulillah sekarang gue sudah bisa sabar menghadapi perbaikan yang tak kunjung dilakukan. Sekarang hanya bisa pasrah dengan keadaan karena tidak tau lagi kemana dan bagaimana aspirasi harus di sampaikan. Sudah terlalu banyak keluhan dari masyarakat tapi penguasa tetap bungkam. Bahkan di RTV (RiauTelevisi) gue pernah baca salah satu sms dari penonton, isinya begini :”Jalan Raya Pekan baru – Perawang terutama dari Minas – Perawang sungguh unik. Dengan jalan yang berkelok – kelok dihiasi lobang – lobang besar dan kecil, di tengah – tengah dan pinggir, sepertinya bisa di jadikan tujuan wisata. Sebab Turis – turis asing pasti tidak pernah menemukan kondisi jalan seperti itu di kampung halamannya”. Huahahaha…. Kekecewaan yang beralasan, laptopku. Malah saking dalam dan lebarnya, sedikit gambaran biar loe tau ya laptop, tinggal di isi air aja itu lobang, bisa dech kita ternak Ikan Lele di tengah jalan. Lobangnya bukan 1, 2, atau 3, tapi buanyaaaaaaak, dalaaaaaam… dan sepanjang jalan. Parahnya, ada di tempat – tempat tertentu yang masyarakatnya, entah benar – benar peduli atau ada sesuatu di balik itu semua, menimbun lobang – lobang tersebut dengan tanah merah dan beberapa anak kecil berdiri sambil menyodorkan ember kecil kepada pengendara motor/mobil untuk meminta rupiah. Dan kalau hujan turun, tanah – tanah merah timbunan lobang – lobang tadi langsung jadi bubur merah. Merembes kemana – mana menutupi ruas jalan raya. Hiks… hiks… hiks… kalau nggak hati – hati bisa terpeleset. Makin bertambah dech penderitaan. Nggak tau gue musti jelasin kayak gimana. Biar loe nggak penasaran, suatu nanti loe gue ajak ke kampus aja dech laptop. Biar loe rasain… Belok sana belok sini, menghindari lobang sana masuk lobang sini. Belum lagi ada truk, bus, huuuuu… takut. Sudah nggak ke hitung dech berapa korban jiwa.


Kasihan motor gue, laptop. Dia cuma korban dari ambisi gue untuk menuntut ilmu walau menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Kalau para penguasa melewati jalan ini memang tidak ada masalah, Laptop. Mereka pakai Land Crouser, lobang sedalam apapun tidak akan mereka rasakan. Apa lagi mereka cuma duduk di belakang sambil baca Koran, tinggal sopirnya yang mengendarai harus hati – hati dan pelan – pelan kalau tidak mau di marahi. Sungguh ironis, Laptop. Dengan keadaan Riau, dengan kekayaan Riau yang seantaro Indonesia juga tau. Di bawah minyak, diatas minyak. Tapi kondisi jalan rayanya kok seperti ini.


Satu pinta gue, Laptop… Seandainya loe lebih beruntung dari gue bisa ketemu Para Penguasa di negeri ini. Tolong sampaikan pesan gue ya… gue nggak minta di kasihani sebab gue bayar pajak penghasilan tiap bulan, gue nggak minta kuliah gratis, gue nggak minta di bangunin rumah sama Pemerintah. Gue cuma minta jalan – jalan yang berlobang itu di perbaiki. Buat perencanaan yang mateng untuk melakukan perbaikan. Mulai dari pengawas lapangan yang benar – benar professional, sampai CV yang akan mengerjakan proyek perbaikan ini. Dan satu lagi, niatkan proyek perbaikan ini untuk kepentingan rakyat dan pembangunan bangsa. Jangan sampai proyek perbaikan ini menjadi lahan korupsi bagi pihak – pihak yang terlibat dalam proyek ini. Satu lagi, laptop. Kalau memang pesan gue di dengar dan proyek perbaikan dilakukan, tolong ya jalannya sekalian di perlebar. (Huahaha… Ngelunjak! Di kasih hati minta jantung).


Gue baru semester 2 laptop, perjalanan gue buat wisuda masih lama. Jangan sampai gue jadi korban berikutnya di jalan raya, bukan karena kecerobohan pengendara tapi karena ketidak-pedulian Penguasa. Lagian kalau jalannya bagus, keuntungannya juga nggak 100% buat gue. Perekonomian daerah juga bisa maju, tingkat kecelakaan di jalan raya bisa berkurang. Kalau sekarang gue ke kampus butuh waktu 1 jam 10 menit, mukin kalau jalannya sudah bagus, gue cuma butuh waktu 1 jam ke kampus. Lumayan, hemat bensin. Tapi mungkin “wisata jalan berlobang” nggak bisa berkembang. Hehehe…


Mungkin sekarang gue masih bisa bersabar, Laptop. Berkat nasehat seorang kawan, untuk berusaha menikmati perjalanan gimanapun kondisi jalan. Masih kata kawan juga, jalan yang berlobang bisa buat terapi atau pengobatan alternative sakit pinggang bagi pengguna jalan. Jiaaah… Bener nggak sech…? Besok kalau ada waktu, loe cari di Google ya laptop hubungan jalan berlobang sama sakit pinggang. Kasih tau gue… jangan loe diemin aja. Kalau bener jalan berlobang bisa jadi terapi sakit pinggang bagi pengguna jalan, gue bakal ajukan proposal sama Pemerintah untuk melobangi semua jalan raya. Atau khusus jalan raya Perawang – Pekan baru di jadikan klinik pengobatan alternative bagi penderita sakit pinggang aja. Hahaha…

3 komentar:

  1. sedikit saja aku ingin berbgi penglaman ma anda..
    sejujurnya aku gak tau hrs ketawa ato membayangkan keadaan anda disana setelah aku baca smw ini.
    pokoke ribet dech,,,
    tp aku mengerti krna aku jg pernh mersakan hal seprti itu,,
    anda tau ndiri daerah aku tinggal saat ini khan?
    Piayu hahahaha,,,anda jg tau ndiri apa yang orang akan pikrkan bila kanada bilang piayu!
    yah sudahlahhhh,,aku gak mau critakan panjang lebar
    tp setidaknya anda tau beberapa tahun belakngan ini jalanan piayu malah jd ajang promosi bwt ngambil suara saat pemilukada taun kmrin...
    alhasil jalnan arah mk kning k piayu sudah semulus wajahku skrang,,,
    dah dech aku hanya bisa berdoa ,moga wilayah snda dring mengadakan pesta demokrasi warisan negri paman sam itu,,
    wassalam

    BalasHapus
  2. Hahahahaha......
    Sungguh ironis! Menyerahkan negeri ini selama 5 tahun pada orang yang hanya bisa memberikan sedikit perbaikan. Bukan PERUBAHAN.
    Tapi, ya sudahlah... saya sudah bercerita panjang lebar. Tentang harapan, pasti anda sudah sangat paham.

    BalasHapus
  3. bukan ,,bukan tu maksudku kawan
    itu hanya contoh kcl dlm dunia percturan negeri ini,
    barusan tmnku yang brada di negeri upin ipin update status,,,
    sungguh miris aku membacanya,,,
    yah tau ndiri ,apapun yang diteriakan pahlwan2 devisa negara kt,plg 2 cm dijawah dgn kata2 diplomatis yg tak pernh ada implementasinya.
    alangkah lucunya negeri ini ?
    paradigma pemimpin hrs dilayani bkn melayani msh melekat pd budaya org2 kt...
    wasssalam,,met hr buruh sobat...keep spirit,

    BalasHapus