Senin, 16 Januari 2012

Rindu...

Rindu berlari dipematang sawah, disore hari. Berteriak sembari memukul kaleng-kaleng bekas, menghalau puluhan  burung yang tengah kelaparan hendak menyelimuti padi-padi yang menguning.

Rindu pelihara sapi sepulang sekolah, pun ketika tangan ini terluka saat memotong rumput  untuk bekal makan malam peliharaan.

Rindu saat-saat makan malam, ketika kakak menyuruh melihat salah satu sudut ruang rumah panggung kami. Sadar tidak ada-apa disana, aku kembali makan dan menyadari lauk dipiringku sudah hilang. Lalu Abang dan Kakakku akan tertawa terbahak-bahak. Mengembalikan laukku yang diumpetin ditimbunan nasi dalam piringnya, sesaat setelah Ibu melototin mereka.

Rindu aroma rambut terbakar lampu teplok karena terlalu menunduk saat menulis mengerjakan tugas sekolah (baca:PR) dimalam hari. Api dari sumbu lampu teploknya kadang miring kekiri, kadang miring kekanan, mengikuti arah angin.

Rindu ikat pinggang ayah yang sering melayang ditubuh kecilku ketika tak kunjung berhenti menangis saat tidak dikasih uang jajan. Rindu saat aku harus menelan ludah pahit hanya untuk mengumpulkan uang jajan selama 4 hari. Hari ke-5 baru aku bisa membeli lontong sayur impian seharga Rp. 250.

Rindu ketika melepas ibu berangkat bekerja ke Malaysia, dan Ibu bilang; “Jangan nakal dirumah ya… Sekolah yang rajin, bantu ayah dan kakak. Sampai Malaysa ibu akan kirim uang jajan. Tiga bulan lagi ibu akan pulang bawa uang banyak. Doain ibu ya…” Saat itu kami semua menangis, kecuali Ayah. Berharap ibu baik-baik disana, dapat kerjaan, dan kami bisa melewati krisis ekonomi keluarga.

Rindu ketika aku muntah- muntah di pangkuan ibu, saat pertama kali naik Bus menuju kota Padang, liburan dirumah adik ibu.

Rindu menunggui ibu menanam benih padi disawah tetangga. Dan ketika istirahat sekitar jam 10.00 WB, biasanya pekerja akan diberi 2 buah goreng dan segelas kopi. Tapi saat itu ibu akan memberikan gorengnya untukku, dan satu lagi akan disuruh bawa pulang untuk diberikan kakak. Ibu, seharusnya ibulah yang memakannya, karena ibu yang letih memunggungi matahari ketika menunduk menanam padi.

Rindu berjualan goreng keliling kampung, sembari teriak- teriak; “Goreng… Goreng…”
Rindu berjualan Es keliling kampung, sembari teriak- teriak; “Es… Es…” Dan saat itu aku akan lama sekali berhenti melihat teman-teman yang asyik bermain kelereng. Tapi Alhamdulillah, mereka juga akan selalu membeli jualanku.

Rindu membantu Pak Rahmat mengumpulkan telor-telor bebeknya. Kalau selesai, biasanya aku akan diberi dua butir telor sebagai upah.

Rindu bertengkar dengan Abang, hanya karena aku mencuri minyak rambutnya. Hanya karena aku memakai baju kaosnya.

Rindu bertengkar dengan Kakak, hanya karena aku memakai Hand & body lotionnya. Hanya karena aku mengambil uang Rp. 50 di dalam tas sekolahnya. Hanya karena aku tidak mau disuruh mengambil daun kunyit dibelakang rumah untuk bumbu masakan. Hanya karena aku bilang sama ibu, kalau sepulang sekolah kakak pacaran.

Rindu belajar Alif Ba Ta,  setiap hari selasa dan kamis ba’da maghrib di rumah Pak Muhmin. Karena pulangnya agak malam dan melewati pohon-pohon rumbia yang tinggi, kami sering  menakut-nakuti teman-teman cewek sepulang belajar membaca  Al qur’an.

Rindu mengendap-endap bareng teman nonton TV tetangga lewat jendela rumahnya. Begitu mengetahui keberadaan kami, biasanya Sang pemilik rumah akan menyiram kami dengan air bekas cucian cabe. Begitulah… Kami akan lari sembari tertawa riang. Tapi kami tidak pernah jera, kami akan mengulangi hal yang sama setiap kali film Power Rangers favorit kami tayang kembali di TV. Karena memang tidak banyak orang di kampung yang punya TV. Kalaupun ada pelitnya minta ampun…!

* * *

Rindu, rindu, dan sangat rindu… 
Akan masa kecil  berbadan ceking dan rambut sedikit pirang, kata tetangga karena kekurangan vitamin.

Rindu, rindu, dan sangat rindu… 
Akan masa yang terlewatkan begitu saja. Seandainya saat itu aku memiliki Handphone camera, pasti moment-moment berharga itu aku abadikan dalam gambar.

Rindu, rindu, dan sangat rindu… 
Akan waktu yang tak akan pernah berjalan mundur. Kalaupun kembali ke-masa itu, aku yakin tidak akan bisa sekuat dulu, melewati masa yang begitu sulit.





4 komentar:

  1. ingatan akan ingatan-ingatan begitu kuat ya, sehingga momen-momen kecil terekam dengan baik. Bahkan, saya jadi ikut merasakan Rindu itu. Tulisan yang rapi mas.
    jika ada wktu, komen cttn saya ya
    http://kampungkaryakita.blogspot.com/2012/01/berapa-berat-kandungan-di-perutmu-bu.html
    thanks berat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa lalu itu dibelakang kita, mas. sangat dekat kalau kita mau menoleh kebelakang. tapi jangan terlalu lama, karena waktu tidak pernah berjalan mundur. kehidupan akan terus berjalan, meskipun tanpa kita.

      Hapus
  2. Kenangan sendiri ya. Bagus amat cara penceritaannya. Tapi sayang, laptopku berat buka blogmu, Zu. Jadi susah gerakin kursornya. Jadi gak bisa baca yang lain. Kita berteman ya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups, pengalaman sendiri.
      Salam kenal, Lita. Sekarang kita teman!
      Aku sudah mengurangi beberapa Gadge, mudah-mudahan g' berat lagi. Atau music box-nya di stop aja sekiranya mengganggu.

      Hapus